Terpuruknya harga komoditi karet di pasaran dalam enam
bulan terakhir, membuat para petani di Batumarta mulai berpikir untuk mengganti
tanaman. Adapun alternatif yang kini mulai mereka lirik adalah singkong dan
cabai.
“Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk
memberikan jalan keluar, komoditi apa yang harus kami kembangkan untuk
mengatasi krisis saat ini,” kata Suwarno, salah seorang petani karet asal
Batumarta, Kecamatan Lubuk Raja saat dibincangi di kediamannya, Jumat (1/4).
Di sisi lain, Kepala Desa Karya Jaya Sugianto
mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah daerah khususnya, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura OKU untuk menambah penghasilan masyarakat di bidang pertanian.
“Desa kami ini sudah begitu banyak kebun karet tua yang
akan diremajakan, namun untuk memulai membangun usaha pertanian yang baru,
belum dapat dipastikan, apa yang harus kami tanam,” ungkap Sugianto.
Ayah dua anak ini bercita-cita untuk mengembangkan usaha
tanaman holtikultura, sebagai alternatif untuk menambah penghasilannya.
“Kami akan mengusulkan untuk budidaya cabe, jagung dan
singkong, namun untuk tahun ini belum ada kepastian, apakah usulan tersebut
akan dikabulkan oleh pihak Dinas Pertanian atau tidak,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura OKU, Ir Syarif Hasan melalui Kabid Tanaman Holtikultura,
Fahrurrozi mengaku, pihaknya pada tahun 2016 ini mencanangkan program budidaya
cabai dan bawang.
“Program tahun ini, kita anggarkan untuk budidaya cabai
dan bawang seluas 80 hektar dengan rincian 30 hektar untuk cabai dan 50 hektar
untuk tanaman bawang,“ ungkapnya.
Diakuinya, program budidaya cabai dan bawang tahun ini
akan memprioritaskan usulan kelompok tani yang baru, bukan berarti kelompok
yang sudah mendapat bantuan di tahun sebelumnya tidak akan diperhatikan.
“Program ini akan diprioritaskan usulan dari kelompok
tani yang baru agar tidak menimbulkan kesan hanya kelompok-kelompok tani”
katanya. (yan)
0 komentar:
Posting Komentar